Balik lagi, masih masalah Pare, Kampung Inggris. Menghirup udara pagi desa Pare yang sejuk nan harum. Nah, pagi ini adalah pagi pertama BRAY di Pare. Tidak seperti biasanya, karena pukul setengah 5 pagi, BRAY udah ngantri mandi. Biasanya kalau di rumah, jam setengah 6 baru mandi, itu kalau ke sekolah, kalau libur jam segitu masih males - malesan . Course dimulai pukul 6, jadi paling nggak setengah 6 udah selesai mandi. Penuh perjuangan juga buat mandi, karena kamar mandi yang hanya 2 itu digunakan untuk 19 anak dan masih ditambah mbak-mbak kost-kostan yang lebih merajai kamar mandi. Karena BRAY dan teman-teman BRAY makhluk baru di rumah ini, jadi ya harus terima ditindas
BRAY orangnya nggak sabaran, dikit-dikit nengok kamar mandi siapa tahu yang ngantri makin nipis, tapi ternyata tambah buanyak. Akhirnya ada tawaran emas dari ibu kost buat mandi di rumahnya yang cuma sebelahan sama penginapan BRAY, BRAY langsung iya aja . Disitu, BRAY juga ternyata ngantri. Adayamaaaaanggg......
Dengan takut dan muka sok imut, BRAY ngantri di depan kamar mandi. Ternyata di rumah ibu kost itu ada mbak-mbak juga yang kayaknya juga kost disitu. Ada juga anaknya ibu kost, mbak-mbak yang mukanya judes abis, galak pastinya. BRAY nggak berani nyapa, salah nyapa dia meraung trus pulang dari rumah ibu kost muka BRAY udah lecet-lecet
Abis mandi dan segala urusan toilet selesai, BRAY kembali ke penginapan. Dan ironisnya, teman-teman BRAY semuanya udah mandi dan rapi-rapi. Adayamaaaaaaannnggg mereka mandi lebih cepat dari BRAY dan tadi BRAYseharusnya ngantri sekalian nggak usah ke rumah ibu kost.
Tak lama, dua orang lelaki berbaju rapi mendatangi penginapan BRAY. Takut diculik, BRAY akhirnya ngumpet . Ternyata mereka tentor yang bakal ngajarin Bahasa Inggris BRAY. Kesembilan belas murid dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok BRAY berada dalam bimbingan Sir Ivan dan kelompok satunya berada di bawah naungan Sir H.
Pelajaran selesai, BRAY meminjam sepeda teman BRAY buat keliling desa nyari penginapan teman BRAY yang beda kelas. Disepanjang perjalanan, emang desa Pare nggak begitu beda sama rumah . Tapi cuman disini banyak remaja yang pakai kemeja putih dan dasi hitam juga celana panjang lengkap dengan sepatu jalan sana-sini, begitu juga wanitanya, mereka juga memakai kemeja putih berkerudung hitam dan juga rok panjang menutupi sebagian alas kaki mereka. Tampaknya, mereka hendak mencari ilmu sama seperti BRAY, tapi bedanya mereka rapi dan BRAY, bisa anda bayangkan sendiri. Celana jeans pendek, kaos oblong, kacamata minus, rambut teruntai kemana-mana diterpa angin, sendal jepit, ransel yang dalemnya isinya macem-macem, dan mengendarai sepeda yang nggak tau mau kemana, BRAY semacam musafir linglung . Jujur aja dengan penuh keberanian, BRAY pergi jauh nggak tau kemana, yang ingin BRAY lakukan hanya menemukan penginapan tempat teman bernaung.
Di sepanjang perjalanan, BRAY lewat laundry-an, warnet, market, bahkan pondok pesantren.
Ini tempat laundry-an, tapi BRAY nge-laundry nggak disini, kejauhan |
Di tempat BRAY nge-laundry, namanya "POTATOZ". Sekilo kalau cuma baju biasa Rp 3.000,- Kalo bahannya jeans jadi Rp 3.500,- per kilo. Banyak banget tempat laundry disini, ada yang perkilo cuma Rp 1.500,-, nah yang di kaca rumah di foto itu kalau anda lihat baik-baik ada tulisan Rp 1.000,-, itu mungkin harga perkilo nya, tapi kalau dipikir-pikir mau pakai air apa nyuci baju cuma dengan 1000. Listriknya mau ngikut siapa, sabun yang dipakai itu dari kulit kerbau atau pakai odol
Ini warnet, nggak usah deskripsiin banyak-banyak lah |
cangkul cangkul cangkul yang dalam, menanam jagung di kebun orang |
Pondok Pesantren Putra Putri Nurul Huda |
Pondok Pesantren Putra Putri Nurul Huda |
Kesan pertama BRAY lihat Pondok Pesantren Nurul Huda ini, sepi. Biasanya, Pesantren itu tempatnya santri-santri yang lagi belajar, ada yang ngaji, tilawah, dan lain-lain. Rame orang ngaji gitu, tapi kok sepi ya. Mungkin tempat belajarnya masih masuk ke dalam atau barangkali kelas-kelasnya ada di bawah tanah. Atau jangan-jangan santri-santri nya udah di sniper sama ustadz nya , atau mungkin dimutilasi trus dagingnya dipajang di dinding . Tapi itu nggak mungkin, atau mungkin telinga dan mata BRAY yang berkurang ketajamannya atau para santri ini masuk sekolahnya siang, atau sore bahkan malam.
Supermarket kecil |
Seperti yang BRAY bilang tadi, disini ada market juga. Dan ini yang kecil. Market ini BRAY lewati secara tidak sengaja, karena emang BRAY nggak tau daerah mana ini. BRAY putus asa, karena tempat penginapan teman BRAY nggak juga ketemu. Akhirnya, BRAY banting setir menuju jalan Brawijaya.
Krisna Mart |
Ini nih, sampai juga BRAY di jalan Brawijaya. Disini ada swalayan terbesar di Pare, "Krisna Mart". Memang sih, sejauh BRAY mengayuh, BRAY nggak nemu "Alfamart" atau "Indomart" yang sekarang telah merajai semua tanah kosong. Mungkin agar swalayan kayak Krisna, dan yang ada spanduknya Campina tadi nggak kesaingan dengan adanya Alfamart atau Indomart yang jauh lebih terkenal dari mereka. Karena sebentar lagi pelajaran selanjutnya dimulai, BRAY balik ke Borjouiz. Ketemu lagi di Pare Kediri, Jawa Timur Part III ya...